Bahaya Bermain Gadget bagi Postur Tubuh dan Resiko Terkena CTS

Gadget memberikan kenyamanan, namun penggunaan berlebihan dapat menyebabkan masalah postur dan saraf di pergelangan tangan. Kunjungi artikel ini untuk mengetahui bahaya gadget pada postur tubuh dan syaraf.



Teknologi yang kian berkembang membuat masyarakat modern, khususnya kaum muda yang mengikuti perkembangan zaman, semakin tidak bias meninggalkan gatget atau perangkat elektroniknya, terutama ponsel pintar. Dengan gadget, banyak manfaat dan kenikmatan yang dapat diperoleh seperti kemudahan akses internet, pesan singkat dengan berbagai fiturnya, dan informasi terbaru yang sedang trending. Aktivitas dengan keluarga, rekan kerja, dan teman lama juga dirasakan jauh lebih praktis dengan adanya gadget. Jarak kini tidak lagi menjadi masalah bagi masyarakat modern. 

Berbagai kemudahan dan kenyamanan yang didapatkan dari gadget seringkali membuat seseorang betah menggunakan gadget dalam waktu yang cukup lama. Setiap menggunakan gadget, masyarakat pun menjadi tidak mengenal waktu; tanpa disadari, penggunaan gadget yang lama ini menempatkan mereka pada risiko gangguan kesehatan tertentu: khususnya gangguan postur tubuh dan saraf di pergelangan tangan.

Sebuah studi belakangan yang dirilis oleh Surgical Technology International menemukan bahwa mengirim pesan atau chat dengan ponsel pintar dapat berkontribusi pada beban sebesar 23 kilogram pada tulang belakang. Bobot tersebut bervariasi tergantung dari posisi tulang belakang orang yang menggunakan ponsel; khususnya, posisi membungkuk ketika menghadap layar ponselnya membuat beban tulang belakang menjadi lebih besar lagi. Posisi yang relative menunduk, atau kifotik, menghadap layar ponsel pintar, berpotensi memberikan beban aksial ke tulang belakang, yang apabila dilakukan berulang, rutin, dan menahun dapat berakibat pada degenerasi atau penuaan dini pada tulang belakang, terutama pada segmen leher atau cervical. Degenerasi yang berat mesti ditangani dengan operasi.  

Dalam penelitian yang dipublikasi pada Medical Daily, Hansraj dan kawan-kawan melakukan beberapa perhitungan beban dan sudut kelengkungan tulang, serta efeknya. Mereka menyimpukan bahwa pada posisi lurus atau derajat kemiringan netral, beban yang dihasilkan adalah sama dengan berat kepala, yaitu rata-rata 4,5-5,4 kilogram. Lebih lanjut, ketika seseorang membawa dengan sudut kemiringan sampai 15 derajat saja, beban yang diberikan akan bertambah, yaitu bisa mencapai 12 kilogram. Pada sudut kemiringan 30 derajat, beban tulang belakang berkisar 13,6 kilogram. Posisi menunduk dengan sudut 45 derajat, tulang belakang mendapat beban 22 kilogram. Terakhir, dengan sudut kemiringan 60 derajat, beban tulang belakang menjadi berkali-kali lipat dari biasanya, yaitu mencapai 27 kilogram. Apabila hal ini menjadi kebiasaan dan dilakukan setiap hari dalam jangka waktu yang panjang, tentu tidak mengherankan tulang belakang terganggu posturnya, dan menjadi rentan mengalami penuaan dini.

Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat rata-rata menggunakan ponselnya selama 2-4 jam setiap harinya. Hal itu setaraf dengan 700-1.400 jam dalam satu tahun. Apabila kebiasaan menggunakan ini sudah terbina sejak usia sekolah, gangguan postur dan degenerasi tulang belakang bisa terjadi pada usia dewasa muda. Apalagi, penelitian belakangan pun menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang termasuk paling tinggi durasi penggunaan ponsel harian, terutama untuk melihat ke media sosial.

Masyarakat luas, terutama kaum muda yang melek teknologi dengan berbagai macam gadget terbaru, bisa saja membaca dengan posisi yang tidak sempurna. Banyaknya konten menarik seperti media sosial yang disuguhkan dalam ponsel atau tablet yang nyaman dalam genggaman, ternyata membawa dampak lain yang berbahaya bagi kesehatan.  

Cara untuk menghindari rusaknya tulang belakang akibat kebiasaan ini bukan dengan memberantas teknologi. Gunakan teknologi seperlunya saja dan lebih memikirkan dampaknya ketika menggunakan ponsel dan berbagai peranti lainnya.  Hampir tidak mungkin untuk menghindari menggunakan teknologi tersebut, tapi posisi ketika menggunakan ponsel mestinya dapat diperbaiki, agar posisi tulang belakang tetap normal sehingga penuaan tulang belakang dapat terjadi secara natural pada usia senja. 

Selain itu, penting untuk memastikan postur tubuh cukup baik saat menggunakan ponsel. Secara teoretis, posisi ideal tulang belakang untuk melihat layar gadget adalah posisi di mana telinga sejajar dengan bahu dan tulang belikat. 

Selain postur tubuh, penggunaan gadget yang berlebihan juga dapat mengakibatkan gangguan pada pergelangan tangan, yaitu carpal tunnel syndrome (CTS). Penyakit tersebut disebabkan oleh terjepitnya saraf medianus yang berlokasi di pergelangan tangan. Pergerakan jari tangan secara repetitif dan berkepanjangan, termasuk memencet tuts pada gadget, dapat membuat urat yang mengelilingi terowongan tersebut meradang dan membengkak. Sebagai hasilnya, saraf medianus yang melintasi terowongan karpal menjadi terhimpit, dan menghasilkan gejala CTS. Suatu penelitian case-control dari Arab Saudi menyebutkan bahwa penggunaan gadget lebih dari 5 jam setiap hari meningkatkan risiko terjadinya CTS di kemudian hari.

Para penderita CTS biasanya merasakan kesemutan yang menjalar pada telapak tangan dan jari-jari, terutama pada sisi telapak tangan; nyeri tersebut terkadang dirasakan bersumber dari pergelangan tangan. Seiring berjalannya waktu, apabila tidak ditangani dengan baik, gejala ini dapat disertai nyeri atau perasaan seperti tersetrum, lalu lebih lanjut lagi, dapat berubah menjadi sensasi kebas atau baal yang permanen.

Apabila tidak mendapatkan penanganan segera, lama-kelamaan kekuatan otot tangan akan turut dipengaruhi. Penderita CTS akan merasakan bahwa tangan yang terkena menjadi lebih lemah, tidak kuat mengangkat, menekan, atau sering menjatuhkan barang jika memegang dengan tangan tersebut.

Untuk pencegahan, CTS dapat dicegah dengan mengurangi tekanan tuts pada gadget, menghindari penggunaan ponsel hanya dengan satu jari (lebih baik menggunakan dua tangan dengan jari yang berbeda), juga sesekali berpindah tangan. Juga yang terpenting adalah agar tidak terlalu lama menggunakan ponsel; tidak ada salahnya menggunakan alarm untuk membatasi durasi menggunakan ponsel. Kalau sudah terlalu lama di depan layar ponsel, sebaiknya keluar ruangan, beristirahat, dan bisa juga mencari aktivitas lain yang lebih produktif.

CTS sendiri dapat ditangani dengan injeksi obat-obatan antiradang ke dalam saraf yang terkeana. Apabila gejala sudah terlanjur berat, CTS mesti diatasi dengan cara operasi.

*Artikel ini ditulis oleh dr.Toto Suryo Efar, SpOT dan bekerja sama dengan Nicolaas Budhiparama, MD., PhD., SpOT(K) dari Nicolaas Institute of Constructive Orthopedic Research & Education Foundation for Arthroplasty & Sports Medicine. www.dokternicolaas.com, instagram : @dokternicolaas

Share to

Artikel lainnya dari prof nicolaas

Terapi Sel Punca untuk Nyeri Lutut

Sel punca (stem cell) jadi sorotan dalam pengobatan nyeri lutut, terutama osteoarthritis. Terapi sel punca (stem cell) autologus menunjukkan hasil klinis yang efektif dalam perbaikan sendi. Bagaimana mekanismenya? Simak di artikel ini.

Selengkapnya

Padel: Olahraga Seru dengan Beragam Manfaat dan Risiko yang Perlu Dike...

Padel, perpaduan tenis dan squash, dimainkan di lapangan kecil berpagar dengan raket khusus dan bola lebih berat. Semakin populer di Indonesia, olahraga ini cocok untuk rekreasi dan kompetisi. Sudah coba? Yuk, pelajari lebih lanjut di artikel ini!

Selengkapnya

Pengobatan Regeneratif pada Ortopedi

Pengobatan regeneratif adalah proses penyembuhan jaringan dan organ serta memperbaiki fungsi yang menurun akibat penuaan, penyakit, kerusakan atau cacat, dengan menggunakan kemampuan sel-sel tubuh sendiri.

Selengkapnya