Terkadang kita menemukan anak kita, kerabat atau teman bermainnya mengalami punggung yang bengkok. Punggung bengkok biasanya tidak akan menimbulkan gejala yang berat selain kelainan kosmetik. Seberapa jauh kita harus memahami kelainan tulang belakang yang
Terkadang kita menemukan anak kita, kerabat atau teman bermainnya mengalami punggung yang bengkok. Punggung bengkok biasanya tidak akan menimbulkan gejala yang berat selain kelainan kosmetik. Seberapa jauh kita harus memahami kelainan tulang belakang yang secara medis kita sebut dengan skoliosis. Mari kita membahas penyakit ini bersama Nicolaas Budhiparama MD., PhD., SpOT (K), FICS salah satu dokter bedah tulang di Jakarta dan timnya dr. Dananjaya Putramega, SpOT.
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal secara 3 dimensi yaitu ke samping, depan dan rotasional, yang dapat terjadi pada beberapa area tulang belakang, yaitu tulang belakang daerah servikal (leher), torakal (dada), dan lumbal (pinggang). Secara medis, skoliosis dapat didiagnosa jika kondisi abnormalitas kelengkungan kurva tulang belakang lebih dari 10 derajat.
Terdapat beberapa jenis skoliosis, antara lain kongenital (bawaan) yang umumnya berhubungan dengan kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu, kemudian skoliosis neuromuskuler, di mana terjadi koordinasi otot yang buruk, kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit seperti cerebral palsy, distrofi otot, polio, dan osteoporosis juvenil. Terakhir, skoliosis idiopatik yang merupakan kejadian skoliosis yang tidak diketahui penyebabnya.
Skoliosis idiopatik merupakan tipe yang paling banyak terjadi di dunia. Pada umumnya, skoliosis lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Kelainan skoliosis ini biasanya tidak terlalu terlihat secara kasat mata dan baru akan menimbulkan gejala bila kelengkungan kurva tulang belakang mencapai 20 derajat. Beberapa gejala paling sering yang dapat dialami antara lain nyeri punggung dan ‘gangguan’ psikologis akibat perubahan body image.
Tanda yang dialami oleh para penderita skoliosis salah satunya adalah tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping. Selain itu, bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya. Penderita juga akan merasakan nyeri punggung dan kelelahan pada tulang belakang setelah duduk, berdiri atau beraktivitas lama. Skoliosis berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 derajat) bahkan bisa menyebabkan berbagai komplikasi salah satunya gangguan pernapasan dan fungsi jantung.
Saat pemeriksaan oleh dokter orthopaedi, pemeriksaan riwayat lengkap penyakit dan riwayat penyakit keluarga merupakan hal yang penting, dikarenakan resiko penurunan penyakit secara keluarga terbukti secara ilmiah di penyakit ini. Kemudian pada pemeriksaan fisik penderita skoliosis biasanya diminta untuk berdiri tegak, kemudian membungkuk ke depan dan duduk sehingga dokter dapat menentukan arah kelengkungan. Untuk penegakkan diagnosis, dokter akan memerlukan pemeriksaan radiologi xray serial skoliosis yang terdiri dari beberapa xray tulang belakang di posisi yang berbeda. Selain itu, pada beberapa pasien derajat kelengkungan yang tinggi dan akan dilakukan tindakan operatif berupa koreksi deformitas, akan dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa CT Scan.
Penanganan pada penderita skoliosis idiopatik tergantung kepada derajat keparahan kelengkungan tulang belakang, serta stadium pertumbuhan tulang (matur dan imatur). Penanganan skoliosis berupa observasi, orthosis dan operasi sehingga mudahnya bisa kita sebut dengan 3-O.
Dokter orthopedi pertama akan menentukan stadium pertumbuhan tulang dengan melihat kondisi lempeng pertumbuhan pada xray panggul dan tangan, kemudian besar sudut kelengkungan akan diukur dengan metode Cobb. Jika kelengkungan kurang dari 25º pada kondisi pertumbuhan tulang imatur atau kurang dari 50º pada kondisi matur, biasanya penderita akan menjalani observasi atau pemeriksaan secara teratur setiap 3-6 bulan. Pasien skoliosis idiopatik remaja dengan kurva lebih dari 50° cenderung meningkat hingga dewasa dengan peningkatan 0,5° hingga 2° per tahun. Untuk alasan ini, pasien diharapkan dapat dengan regular mengunjungi dokter orthopaedi.
Pada anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah antara 25-30 derajat. Jika pada saat pemeriksaan pertama didapatkan sudut kelengkungan 30-40º atau pada saat observasi ditemukan progresivitas kelengkungan lebih dari 25%, biasanya dianjurkan untuk menggunakan orthosis atau brace (alat penyangga) untuk membantu memperlambat progresivitas kelengkungan tulang belakang. Akan tetapi, penggunaan brace harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti. Jenis orthosis yang digunakan berupa Boston atau Milwaukee orthosis yang dipilih sesuai lokasi puncak kelengkungan tulang belakang.
Jika kelengkungan mencapai 40-45º atau lebih, biasanya akan dilakukan tindakan operasi untuk mengoreksi deformitas. Tindakan operatif koreksi deformitas sering direkomendasikan untuk pasien yang lekuknya lebih dari 45° saat masih tumbuh, kegagalan penanganan dengan orthosis atau terus berkembang lebih besar dari 45-50° ketika pertumbuhan tulang sudah berhenti. Tindakan operasi menggunakan implan logam yang digunakan untuk mempertahankan posisi tulang belakang setelah dilakukan koreksi. Tujuan operasi adalah untuk menurunkan sudut kelengkungan, mencegah progresifitas kelengkungan, memperbaiki keseimbangan, mencegah terjadinya penurunan fungsi saraf, paru dan jantung, dan mendapatkan koreksi kelainan kosmetik pada tulang belakang.
(*)
Artikel ini ditulis oleh dr. Dananjaya Putramega, SpOT dan bekerja sama dengan Nicolaas Budhiparama, MD., PhD., SpOT(K) dari Nicolaas Institute of Constructive Orthopedic Research & Education Foundation for Arthroplasty & Sports Medicine. www.dokternicolaas.com, instagram : @dokternicolaas
Artikel lainnya dari prof nicolaas