Kenali Penyakit Artritis Reumatoid: Gejala Hingga Cara Penanganannya

Sering disangka pengapuran, padahal berbeda! Artritis Reumatoid bisa menyerang siapa saja, bahkan usia muda. Kenali gejalanya yang datang-dan-pergi, penyebab autoimunnya, hingga penanganan medis dan terapinya di artikel ini.



Artritis Reumatoid (rheumatoid arthritis), sering dikenal sebagai penyakit sendi rematik. Meskipun sering disebut sehari-hari, kondisi ini cukup spesifik, bervariasi dari orang ke orang, dan menjadi salah satu penyakit yang bisa dialami oleh golongan usia muda hingga lansia. Penyakit ini paling sering ditemui pada rentang usia 30-60 tahun, lebih banyak pada wanita daripada pada pria dengan rasio 2:1. Artritis reumatoid adalah penyakit radang kronik yang disebabkan oleh autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh lah yang menyerang sel-sel tubuh sendiri. Penyakit ini utamanya menyerang sendi, tetapi tidak hanya itu, artritis reumatoid juga dapat berdampak pada kulit, mata, paru, jantung, dan pembuluh darah.

Artritis reumatoid mesti dibedakan dari pengapuran atau osteoartritis. Pengapuran adalah kondisi yang jauh lebih sering ditemui, terutama pada sendi yang membawa beban tubuh seperti lutut dan panggul, disebabkan oleh penuaan atau riwayat cedera di masa lampau. Sebaliknya, kerusakan sendi yang terjadi pada penyakit reumatoid artritis disebabkan oleh peradangan, datang dari dinding kapsul yang melingkupi sendi, menggerogoti tulang rawan dan komponen lain dalam sendi, sehingga pada akhirnya terjadi erosi tulang dan perubahan bentuk sendi. Peradangan inilah yang juga bisa terjadi pada bagian tubuh lain seperti kulit dan organ lain. 

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala artritis reumatoid antara lain:

  • Nyeri sendi

  • Sendi bengkak dan terasa hangat

  • Kaku sendi, yang biasanya memberat pada pagi hari atau setelah istirahat lama

  • Cepat lelah

  • Demam sesekali

  • Kehilangan nafsu makan

Perjalanan penyakit artritis reumatoid bisa berbeda-beda dari penderita ke penderita lain. Akan tetapi, biasanya penyakit ini mula-mula menyerang sendi kecil dahulu, terutama buku-buku jari tangan dan buku-buku jari kaki. Gangguan sendi ini biasanya bersifat episodik, yaitu sesekali kumat, sesekali reda. Apabila sedang kumat, sendi-sendi yang terkena terasa nyeri, bengkak, dan hangat, biasanya simetris mengenai sisi kiri dan kanan sekaligus. Seiring perjalanan penyakit berlanjut, gejala barulah menyerang sendi lain seperti pergelangan tangan, lutut, pergelangan kaki, siku, atau bahu. Mirip dengan yang terjadi pada sendi-sendi kecil, serangan rematik ini biasanya simetris mengenai sisi kiri dan kanan sekaligus. Sekitar 40% penderita artritis reumatoid juga mengalami tanda dan gejala di organ lain di samping sendi seperti kulit, mata, paru, jantung, ginjal, kelenjar liur, saraf, dan pembuluh darah.

Gejala yang dirasakan penderita penyakit ini biasanya muncul secara episodik, yang artinya ada periode di mana sendi-sendi terasa nyeri dan kumat selama beberapa minggu, diselingi periode remisi relatif. Gejala demikian dapat bervariasi dari orang ke orang: dapat ringan saja, biasa saja, atau sangat hebat; ada yang sering kumat, ada yang jarang-jarang kumat. Seiring berjalannya waktu dan progresivitas penyakit, lambat laun sendi menjadi berubah bentuk, bahkan terkadang sampai keluar dari jalurnya.

Faktor Risiko

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit autoimun. Tidak ada mengetahui persisnya apa penyebab munculnya artritis reumatoid. Ada kemungkinan faktor genetik berperan dalam menentukan individu-individu siapa saja yang terkena penyakit ini. Kemunculan gejala-gejala awal artritis reumatoid seringkali ditemukan setelah infeksi, baik virus ataupun bakteri, meskipun infeksi tersebut bukanlah penyebab terjadinya penyakit.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena artritis reumatoid meliputi:

  • Jenis kelamin: Wanita lebih mungkin terkena artritis reumatoid daripada pria, sebanyak dua hingga tiga kali lipat.

  • Usia: Artritis reumatoid dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi paling sering dimulai pada usia paruh baya.

  • Riwayat keluarga: Jika salah satu anggota keluarga menderita artritis reumatoid, risiko terkena penyakit ini menjadi lebih tinggi.

  • Merokok: Merokok meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid, terutama jika memiliki kecenderungan genetik. Pada penderita penyakit, merokok juga tampaknya dikaitkan dengan tingkat keparahan penyakit yang lebih tinggi.

  • Obesitas: Orang yang kelebihan berat badan tampaknya memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi terkena artritis reumatoid.

Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa pemeriksaan darah biasanya dijalankan apabila dicurigai adanya penyakit artritis reumatoid:

  • Faktor reumatoid: Antibodi yang terdapat pada sekitar 85% penderita RA.

  • Antibodi anti-CCP: Antibodi terhadap peptida/protein sitrulinasi siklik ini ditemukan pada banyak penderita dan lebih spesifik terhadap artritis reumatoid daripada faktor reumatoid.

  • Laju endap darah (LED) atau protein C-reaktif (CRP): Ini adalah tes umum yang digunakan untuk mengukur peradangan dalam tubuh. LED dan/atau CRP biasanya meningkat pada penderita artritis reumatoid, khususnya pada saat kumat.

Jika dianalisis secara keseluruhan, pemeriksaan laboratorium ini sangat berguna dalam mendiagnosis artritis reumatoid. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa ada kemungkinan untuk mendapat hasil pemeriksaan darah normal (faktor reumatoid negatif) tetapi tetap didiagnosis artritis reumatoid. Kondisi demikian disebut artritis reumatoid seronegatif.

Pemeriksaan Radiografis

Rontgen menggambarkan struktur keras seperti tulang. Karena kerusakan tulang dan sendi terjadi saat perjalanan penyakit sudah cukup berat, rontgen mungkin tidak terlalu banyak manfaatnya dalam mendeteksi artritis reumatoid pada tahap awal. Pada tahap awal, rontgen hanya menggambarkan pembengkakan jaringan lunak di sekitar sendi, yang merupakan tanda tidak spesifik, sehingga tidak dapat membantu mendiagnosis artritis reumatoid.

Meskipun demikian, rontgen dapat digunakan untuk membantu menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya, misalkan pengapuran. Di samping itu, apabila sudah terdiagnosis artritis reumatoid, rontgen secara berkala dapat digunakan untuk untuk membantu memantau setiap perkembangan penyakit.

Tata Laksana

Sayangnya, hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan artritis reumatoid sepenuhnya. Meskipun demikian, terdapat banyak pilihan pengobatan yang dapat membantu meredakan gejala nyeri sendi dan meningkatkan fungsi sehari-hari. Penanganan medis sangatlah penting untuk menghambat progresivitas penyakit, di samping operasi juga diperlukan ketika sudah terjadi kerusakan sendi yang berat dan/atau mengganggu aktivitas sehari-hari. Artritis reumatoid sering kali dirawat oleh suatu tim dokter yang mencakup reumatologi, ortopedi, rehabilitasi medik, dan terapi okupasi.

  1. Farmakologis
    Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi artritis reumatoid dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu obat yang mengurangi gejala nyeri dan obat yang menghambat laju progresivitas penyakit. Untuk mengurangi gejala nyeri dan bengkak sendi, dapat digunakan obat-obatan antinyeri (non-steroidal anti-inflammatory drugs, NSAIDs) atau kortikosteroid. Tipe obat-obatan ini digunakan terutama pada saat muncul gejala atau flaring, dan tidak dapat menghambat perburukan penyakit. Obat yang dapat memperlambat progresivitas penyakit adalah obat anti-rematik (disease-modifying anti-rheumatic drugs, DMARDs), yang bekerja dengan cara meminimalisir respons sistem imun tubuh. Contoh obat golongan ini yang cukup sering digunakan adalah methotrexate. Obat ini juga sekaligus dapat mengurangi peradangan kronik dan mencegah kerusakan sendi.

  2. Fisioterapi
    Terapi fisik merupakan bagian yang penting dari strategi tata laksana penderita artritis reumatoid. Biasanya, dokter dan fisioterapis memberikan program latihan yang membantu memperkuat otot-otot di sekitar sendi yang terlibat. Dalam sebagian kasus, penderita penyakit mungkin membutuhkan brace tertentu untuk membantu mengurangi beban pada sendi dan mencegah terjadinya deformitas.

  3. Operasi
    Operasi biasanya diperlukan terutama untuk sendi yang mengalami kerusakan berat hingga mengakibatkan nyeri yang tidak tertolong dengan strategi obat-obatan dan terapi fisik, atau terjadi bengkok sendi yang mengganggu aktivitas harian. 

Beberapa operasi yang sering dikerjakan pada penderita artritis reumatoid antara lain:

  • Tenosinovektomi: Dalam prosedur ini, dokter orthopedi mengangkat membran di sekitar tendon untuk memperbaiki fungsi. Prosedur ini paling umum untuk gejala artritis reumatoid yang memengaruhi jari, tangan, atau pergelangan tangan.

  • Osteotomi: Pada operasi ini, dokter orthopedi berusaha meluruskan sendi yang bengkok hebat, menjadi lebih lurus dan mendistribusikan beban lebih baik. Prosedur ini paling umum dilakukan pada sendi lutut.

  • Penggantian sendi: Untuk kasus sendi yang rusak berat dan nyeri tidak tertangani dengan strategi lain, dokter orthopedi dapat melepaskan permukaan sendi yang telah rusak dan menggantinya dengan sendi artifisial, sehingga dapat bergerak dengan lebih leluasa dan meminimalisir nyeri. Prosedur ini banyak dikerjakan pada sendi lutut, panggul, bahu, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan.

  • Fusi sendi: Prosedur fusi sendi dapat memberikan stabilitas pada sendi yang sulit diganti, seperti jari tangan, jari kaki, pergelangan tangan, pergelangan kaki, atau tulang leher.

Komplikasi

Apabila seseorang sudah divonis menderita penyakit artritis reumatoid, beberapa penyakit lain mungkin akan mengikuti, seperti:

  • Osteoporosis: Artritis reumatoid itu sendiri, bersama dengan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati artritis reumatoid, dapat meningkatkan risiko osteoporosis, atau tulang keropos.

  • Nodul reumatoid: Benjolan keras ini paling sering terbentuk di sekitar titik-titik yang mendapat tekanan, seperti siku. Selain itu, nodul ini dapat terbentuk di mana saja di tubuh, termasuk jantung dan paru-paru.

  • Sindrom Sjogren: Orang yang menderita artritis reumatoid lebih mungkin mendapat sindrom Sjogren, suatu penyakit yang mengurangi kelembapan di mata dan mulut, membuat mata dan mulut kering.

  • Infeksi: Artritis reumatoid dan beberapa obat anti-rematik dapat merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan risiko infeksi seperti influenza, pneumonia, herpes zoster, dan COVID-19.

  • Komposisi tubuh yang abnormal: Proporsi lemak sering kali lebih tinggi pada orang yang menderita artritis reumatoid, bahkan pada mereka yang memiliki indeks massa tubuh normal.

  • Sindrom Terowongan Karpal: Jika artritis reumatoid memengaruhi pergelangan tangan, peradangan dapat menekan saraf di daerah situ, mengakibatkan baal dan kesemutan pada telapak tangan.

  • Masalah Jantung: Artritis reumatoid dapat meningkatkan risiko pengerasan dan penyumbatan arteri, serta peradangan pada kantung yang membungkus jantung.

  • Penyakit Paru: Orang dengan artritis reumatoid memiliki peningkatan risiko peradangan dan jaringan parut pada jaringan paru, yang dapat menyebabkan sesak napas progresif.

  • Limfoma: Artritis reumatoid meningkatkan risiko limfoma, sekelompok penyakit kanker darah yang terjadi pada sistem limfatik.

Luaran

Artritis reumatoid dapat menyebabkan berbagai gejala yang melumpuhkan. Saat ini, pengobatan baru dapat menghambat progresivitas penyakit dan kerusakan sendi. Diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu memelihara kesehatan sendi. Untuk kasus dengan kerusakan sendi yang hebat, operasi dapat membantu meredakan nyeri, meningkatkan gerakan, dan membantu melakukan aktivitas sehari-hari.

*Artikel ini di-review oleh dr. Toto Suryo Efar, Sp.OT dan bekerja sama dengan Nicolaas Budhiparama, MD., PhD., SpOT(K) dari Nicolaas Institute of Constructive Orthopedic Research & Education Foundation for Arthroplasty & Sports Medicine.

www.dokternicolaas.com

instagram: @dokternicolaas

Share to

Artikel lainnya dari prof nicolaas

Cedera Rotator Cuff

Cedera rotator cuff sering dialami, tak hanya atlet tapi juga masyarakat umum, terutama seiring bertambahnya usia. Kondisi ini dapat mengganggu fungsi bahu dan kualitas hidup. Kenali gejalanya, baca selengkapnya di artikel ini!

Selengkapnya

Peran Cangkok Tulang dalam Pemulihan Patah Tulang Berat

Fraktur atau patah tulang bisa sembuh alami, tapi pada kondisi tertentu diperlukan penanganan khusus seperti bone graft. Apa itu bone graft? Bagaimana jenis dan prosedurnya? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di artikel berikut!

Selengkapnya